Selasa, 04 Desember 2012

Legenda Batu Gantung


Batu Gantung (Legenda Kota Parapat)

Sumatra Utara - Indonesia
Batu Gantung (Legenda Kota Parapat)
Rating : Rating 2.8 2.8 (87 pemilih)


Diceritakan kembali oleh Samsuni
Parapat atau Prapat adalah sebuah kota kecil yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Kota kecil yang terletak di tepi Danau Toba ini merupakan tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Kota ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan didukung oleh akses jalan transportasi yang bagus, sehingga mudah untuk dijangkau. Kota ini sering digunakan sebagai tempat singgah oleh para wisatawan yang melintas di Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) bagian barat yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Padang.
Selain sebagai objek wisata yang eksotis, Parapat juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat di Sumatera Utara. Dahulu, kota kecil ini merupakan sebuah pekan[1] yang terletak di tepi Danau Toba. Setelah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan, tempat itu oleh masyarakat diberi nama Parapat atau Prapat. Dalam peristiwa itu, muncul sebuah batu yang menyerupai manusia yang berada di tepi  Danau Toba. Menurut masyarakat setempat, batu itu merupakan penjelmaan seorang gadis cantik bernama Seruni. Peristiwa apa sebenarnya yang pernah terjadi di pinggiran kota kecil itu? Kenapa gadis cantik itu menjelma menjadi batu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Batu Gantung berikut ini!
 * * *
Alkisah, di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.
Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.
“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.
Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.
“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.
Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.
“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.
Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.
“Parapat[2]… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.
Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.
“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.
“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.
“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.
“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.
Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.
Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”
“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.
“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.
“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.
“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.
Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.
“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.
“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”
“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.
“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.
“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.
“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.
“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.
“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.
Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.
Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”
Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Selasa, 27 November 2012

07-viii15-abigail-Final Exam

Bahan:
1. 1/2 liter susu segar
2.100 ml air kelapa muda
3.1 sdk tepung maizena, larutkan dalam air
4.3 telur ayam, ambil kuningnya saja lalu dikocok
5.200 gr daging kelapa muda
6. 100 mk krim kental

Cara Membuat:
1. Campurkansusu dan air kelapa muda kemudian aduk rata
2. Masak diatas api kecil sambil diaduk terus hingga panas
3.Masukkan cairan maizena kemudian aduk terus hungga mendidih
4.Ambil sedikit adonan kemudian aduk dengan kuning telur
5.Masukkan kembali kedalam adonan,masak hingga mendidih kemudian angkat dan terus diaduk hingga uapnya hilang
6. Tambahkan daging kelapa muda dan krim kemudian aduk rata
7.Setelah agak dingin, masukkan ke dalam freezer hingga setengah beku
8.Aduk kembali hingga rata kemudian simpan dalam freezer hingga beku
9.Sajikan dalam gelas-gelas kecil

Minggu, 25 November 2012

1)   Teknik lukisan.
Lukisan merupakan hasil kerja seni yang dibuat untuk meluahkan perasaan berbentuk imej dengan menggunakan media kering atau menggunakan warna yang paling sedikit yang dihasilkan diatas sesuatu permukaan rata dengan aplikasi garisan, rupa, bentuk, saiz warna dan jalinan.  Penggunaan alat dalam sesebuah lukisan terhad kepada media kering seperti pensel, pensel warna, pastel, arang, pen dan dakwat. Setiap proses melakukan garisan, melorek ton dan menggosok juga dinamakan lukisan dan diaplikasikan melalui garisan, rupa, bentuk, saiz, warna dan jalinan ke atas sesuatu hasil kerja dengan pelbagai teknik yang boleh dihasilkan bergantung kepada kesan jalinan sesuatu permukaan dari aras mudah ke aras sukar.

2) Teknik Catan
            Catan adalah satu proses menyapu warna atau cat ke atas sesuatu permukaan rata yang mewakili gambaran pemikiran atau rekaan tertentu sama ada yang nyata atau abstrak melalui sapuan warna ke atas permukaan rata dengan menggunakan berus.  Ianya merupakan satu ciptaan gambar yang berwarna yang diaplikasikan pigmen dari satu media ke atas permukaan seperti media ke atas permukaan seperti kertas, kanvas dan dinding dengan mengaplikasikan warna basah ke atas permukaan 2D dengan teknik menyapu warna basah .Ianya banyak menggunakan warna sebagai bahan pewarna untuk menghasilkan gambar seperti cat poster, cat air, cat minyak, cat tempera, cat gouache dan cat akrilik dengan pelbagai . jenis warna dan cara-cara mewarna dengan betul.


3)  Teknik Kolaj
            Kolaj bermakna potong, koyak, gunting, gam dan tampal sesuatu bahan ke atas sesuatu permukaan seperti cebisan kertas-kertas, kain atau bahan lain di atas permukaan 2D yang  mengandungi sebahagian imej seperti gambar foto atau dari cetakan majalah disusun dan ditindih untuk menjadi satu komposisi.  Berbagai jenis bahan dilekat disatu permukaan khas daripada imej yang berlainan dan daripada berbagai media.  Ia juga dapat menghasilkan satu komposisi artis daripada imej atau gambar yang berlainan, latarbelakang yang berbeza dan daripada berbagai warna dan corak berjalinan dihasilkan  secara ‘superimpose’ di antara satu sama lain dengan menggam berbagai elemen supaya menjadi satu gambar bagi sesuatu tajuk atau tema tertentu.

4)  Teknik Montaj
            Montaj itu adalah satu teknik menampal dan melekatkan gambar-gambar pada suatu permukaan untuk menimbulkan mesej pengajaran, kecintaan, kecuaian, peperangan. Alam sekitar.  Menggunakan potongan gambar-gambar yang berkaitan dari mana-mana media cetak untuk menghasilkan satu tajuk atau tema.  Ia mengandungi sebahagian daripada imej yang ada seperti dalam gambar foto, majalah, cetakan yang disusun supaya bercantum, bertindih, diubahsuai untuk menghasilkan satu imej dengan menggunakan teknik superimpose dengan menyusun berbagai cebisan gambar dengan cara yang kreatif untuk menghasilkan satu hasil karya montaj yang disusun menjadi satu hasil kerja seni.

5)  Teknik Cetakan
            Cetakan ialah satu proses hasil kerja seni menggunakan dakwat yang dicipta melalui perpindahan dakwat ke atas satu permukaan .  Seseorang pelukis biasanya akan menetukan berapa banyak cetakan yang hendak dihasilkan dalam sesuatu edisi.  Merupakan satu proses ulangan imej daripada satu permukaan yang disediakan ke atas sesuatu permukaan lain.  Proses dimana satu hasil kerja seni dicipta dalam beberapa kuantiti .  Imej atau gambar yang dihasilkan dengan menggunakan acuan plat yang dilakukan pada permukaan rata. Proses penerapan blok, plat atau skrin ke atas sesuatu permukaan yang lain. Ianya menggunakan acuan cetakan untk menghasilkan satu atau beberapa siri cetakan.  Perpindahan imej yang berdakwat daripada satu permukaan blok kepada permukaan lain seperti kertas atau kain atau bahan lain.  

6)  Teknik Resis
            Resis atau dalam perkataan inggeris resis ialah satu aktiviti menggambar yang dihasilkan dari warna basah dan contengan lilin.  Ianya satu aktiviti dalam kegiatan menggambar yang menggunakan warna-warna basah dan contengan lilin.  Lilin digunakan untuk  menutup kawasan permukaan kertas atau kain.   Ini menyebabkan permukaan kertas yang diliputi lilin tidak akan menyerap warna dan dalam keadaan warna asal.  Resis juga boleh dijalankan dengan cara menggunakan tindihan-tindihan lilin dan menyapu warna dari peringkat warna terang ke peringkat warna gelap.  Teknik ini membolehkan murid meneroka dengan lebih jauh lagi tentang alatan dan bahan dalam kegiatan menggambar.

 
7)  Teknik Gosokan
            Gosokan adalah satu proses menggosok dan merekod corak daripada permukaan yang berjalinan.   Ia adalah satu psoses penerokaan murid mula menggambar melalui deria sentuh yang terdapat di sekeliling mereka.  Gosokan adalah satu cara paling mudah dan terbaik untuk merakamkan berbagai jalinan pada sesuatu permukaan.  Apabila salah satu atau kedua-dua objek digerakkan di antara satu sama lain, maka gosokan akan terhasil.  Hasil cetakan dibuat dengan menggosok dakwat, pensel, kapur ke atas sekeping kertas yang diletakkan di atas suatu permukaan yang berjalin.  Satu representasi yang mengandungi salinan dibuat supaya dapat mengembangkan pemahaman dalam penggunaan jalinan dan ton.

 
8)  Teknik stensilan
            Bagi teknik ini, rupa bentuk gambar dikeluarkan dari alat stensil dengan sesuatu cara supaya meninggalkan ruang kosong di atas alat stensil tersebut.  Apabila bahan warna disapu atas stensil yang diletakkan atas kertas, bahan warna akan melalui ruang yang kosong atau lubang di atas stensil dan diserap oleh kertas.  Garis luar pada lubang itu memberi kesan kepada sifat garis luar rupa bentuk yang dihasilkan.

 
9)   Teknik percikan
            Percikan adalah salah satu teknik hiasan catan dengan mendetik, mengetuk atau menjentik bahagian bulu berus yang akan menghasilkan kesan ‘a speckled granite- style finish’ yang akan kelihatan lebih moden daripada kesan warna yang lain.  Percikan-percikan halus warna disembur ke serata tempat untuk menghasilkan kesan antik.  Mengikut kamus dewan bahasa dan pustaka pula percikan ialah titik-titik air atau warna yang berserak-serak ke sana sini setelah air atau warna itu terhempas ke suatu permukaan. Alatan penting yang digunakan ialah berus dari pelbagai jenis, warna-warna basah dan kertas.   Ianya boleh dihasilkan dengan menggunakan berbagai jenis warna dengan kaedah yang berlainan.